Saat Homoseksual Semakin Mengancam
Negeri, Islam Menyelamatkan Umat
Oleh : Dewi Purwati
Judul yang saya tulis kali ini mungkin
sedikit membuat para pembaca mengerutkan kening kepala. Tulisan ini berangkat
dari inpirasi observasi salah satu study mata kuliah saya juga di dukung dengan
peristiwa yang marak terjadi di Indonesia yang berkaitan dengan homoseksual. Penelitian
tentang abnormal seorang waria. Peristiwa ini telah menjadi perhatian banyak
kalangan di Negeri ini. Di samping itu, kasus homoseksual sudah mencapai tingkat
yang mengkhawatirkan. Angka presentasenya terus naik dari dari tahun ke tahun. Data
2012 menyebutkan telah terjadi peningkatan kasus 7 kali lipat dari 0,1 persen
pada 2007 menjadi 0,7 persen. Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) 2007
dan 2011 disejumlah kota menyebutkan bahwa epidemic HIV menunjukkan peningkatan
hingga 134 persen dari populasi laki-laki suka laki-laki (LSL) dan meningkat
600 persen pada populasi laki-laki beresiko tinggi (LBT). Data ini bersumber dari
Poskota, 24/4/2014. Jika membicarakan perilaku homoseksual ini sering dikaitkan
dengan jenis laki-laki yaitu gay, waria dan laki-laki berhubungan seks dengan
laki-laki (LSL). Ketiganya pada dasarnya adalah pelaku homoseksual. Dan semua
itu adalah bagian dari perilaku seks yang menyimpang yang disebut dengan LGBT
(Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Berdasarkan penelitian observasi atas
kasus abnormal juga membuktikan adanya kebenaran fakta kasus homoseksual yang
terjadi di kalangan waria. Waria waria ini memiliki pasangan seorang laki-laki,
menghabiskan waktu dan berhubungan seks dengan laki-laki bahkan mereka sudah
ada yang trangender dan transeksual. Kenekatan mereka tentu diiringidengan adanya sebuah bingkai HAM (Hak Asasi Manusia).
Dimana mereka merasa berhak untuk mendapatkan kebebasan dalam hidup. Apalagi Sejak
JANUARI 2009, Menlu Clinton telah mengarahkan Deplu AS untuk mendukung
diciptkannya sebuah agenda HAM yang komprehensif – sebuah agenda perlindungan
terhadap LGBT. Sesuai dengan visi Menlu
AS, Kedubes AS di Jakarta telah berusaha untuk mengintregrasikan hak-hak kaum
LGBT kedalam usaha untuk mendukung HAM di Indonesia. Belum lagi Negara Barat yang
mengemban misi membela LGBT dan mendukung perlindungan Hak Kaum Lesbian, Gay,
Transeksual dan Biseksual
Islam Menyelamatkan Umat, secara preventif, Islam mewajibkan Negara untuk terus membina keimanan dan memupuk ketakwaan rakyat. Hal itu akan menjadi kendali diri dan benteng menghalang-halangi muslim terjerumus pada perilaku LBGT. Islam dengan tegas menyatakan bahwa perilaku LBGT merupakan dosa dan kejahatan yang besar di sisi Allah SWT. Kejahatan homoseksual oleh kaum Sodom dari kaum Nabi Luth, dan Allah kemudian membinasakan mereka hingga tak tersisa.
Islam memerintahkan untuk
menguatkan identitas diri laki-laki dan perempuan. Allah menciptakan manusai
dengan dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan sebagai pasangan. Secara
fisik maupun psikis, laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan yang mendasar
sesuai fungsi yang kelak diperankannya. Mengingat perbedaan tersebut, Islam
telah memberikan tuntunan agar masing-msing fitrah yang telah ada tetap dijaga.
Islam menghendaki agar laki-laki memiliki kepribadian yang maskulin, sementara
perempuan memiliki kepribadia feminine.Islam tidak menghendaki parempuan
menyerupai laki laki maupun laki-laki menyerupai perempuan.
Rasul melaknat laki-laki yang berlagak wanita dan wanita yang berlagak meniru laki-laki. (HR.Bukhori)
Disamping itu perhatian yang
khusus pada pola asuh dan stimulus yang diberikan kepada anak harus menjamin
hal itu. Anak-anak pun harus dipisahkan tempat tidur mereka. Perintah ini
sesuai dengan sabda Rasul. Rasul bersabda:
Artinya : Suruhlah anak-anakmu
shalat usia 7 tahun, dan pukullah mereka pada usia 10 tahun dan pisahkanlah
mereka di tempat tidur. (HR.Abu Dawud)
Dalam bergaul antara jenis dan
sesama jenis, diantaranya Rasul bersabda:
Artinya: Janganlah seorang
laki-laki melihat aurat laki-laki. Janganlah pula perempuan melihat aurat
perempuan. Janganlah laki-laki tidur satu selimut dengan laki laki dalam satu
selimut. Jangan pula perempuan tidur dengan perempuan dalam satu selimut. (HR.Muslim)
Dengan pola asuh demikian, kita
berupaya menguatkan identitas anak-anak kita kelak. Di sisi lain penguatan
gender dibentuk seiring dengan perkembangan anak. Tanamkan pula akhlak yang
baik serta mengajari anak memulai untuk menutup auratnya sedini mungkin.
Semoga kelak kita dapat mendidik
anak kita dengan pola asuh yang baik dan benar, menjadi putra putri yang shalih
dan shalihah. Aamiin
No comments:
Post a Comment