Sunday, August 17, 2014

Menangisnya Seorang Pria



Saat laki-laki juga mampu menangis
Oleh : Ukhty Dewi Purwati

Menangis merupakan dinamika emosi yang ada di setiap manusia. Menangis sering menjadi alternatif bentuk ekspresi rasa emosi pada diri akibat beban berat yang tak sanggup untuk ditahan. Idealnya hal ini wajar dilakukan setiap manusia. Tentu dalam batas batas nomal yang tidak berlebihan. Namun, mungkin setiap masing masing individu memiliki cara sendiri dalam memenage emosi yang ada pada dirinya dengan caranya masing-masing tanpa harus menagis.

Beginikah cara seorang laki-laki menangis. Terlihat diam dan tenang, sesekali air matanya keluar dari matanya. Pandangannya kosong namun seperti ingin mengatakan sesuatu. Tidak selama wanita saat menangis, hanya beberapa menit, bahkan beberapa detik. Diam dalam sendirinya, Seolah-olah tangis itu milik dia seorang. Tidak ada yang lain. Setelah puas di detik-detiknya, dia kembali lagi beraktifitas seperti biasa. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa..

Perempuan berpikir dengan perasaannya, laki-laki berpikir dengan logikanya.
Inilah mengapa perempuan lebih sensitif dibandingkan dengan laki-laki.
Tapi, menangis selalu berasal dari perasaan. Ketika laki-laki menangis..bukan sebutan cengeng atau kurang jantanlah yang harus dilontarkan padanya.Tapi lihatlah betapa sangat beratnya dia menahan deritanya, sehingga dia perlu mengeluarkan air matanya yang berharga itu..

Dia tidak perlu orang mendekatinya, dia tidak perlu orang untuk menghiburnya.
Yang dia perlukan hanya beberapa menit/detiknya untuk ketenangan batinnya.
Waallahu a'lam

Bahaya Homoseksual Islam Menyelamatkan Umat



Saat Homoseksual Semakin Mengancam Negeri, Islam Menyelamatkan Umat
Oleh      : Dewi Purwati


Judul yang saya tulis kali ini mungkin sedikit membuat para pembaca mengerutkan kening kepala. Tulisan ini berangkat dari inpirasi observasi salah satu study mata kuliah saya juga di dukung dengan peristiwa yang marak terjadi di Indonesia yang berkaitan dengan homoseksual. Penelitian tentang abnormal seorang waria. Peristiwa ini telah menjadi perhatian banyak kalangan di Negeri ini. Di samping itu, kasus homoseksual sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Angka presentasenya terus naik dari dari tahun ke tahun. Data 2012 menyebutkan telah terjadi peningkatan kasus 7 kali lipat dari 0,1 persen pada 2007 menjadi 0,7 persen. Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) 2007 dan 2011 disejumlah kota menyebutkan bahwa epidemic HIV menunjukkan peningkatan hingga 134 persen dari populasi laki-laki suka laki-laki (LSL) dan meningkat 600 persen pada populasi laki-laki beresiko tinggi (LBT). Data ini bersumber dari Poskota, 24/4/2014. Jika membicarakan perilaku homoseksual ini sering dikaitkan dengan jenis laki-laki yaitu gay, waria dan laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki (LSL). Ketiganya pada dasarnya adalah pelaku homoseksual. Dan semua itu adalah bagian dari perilaku seks yang menyimpang yang disebut dengan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Berdasarkan penelitian observasi atas kasus abnormal juga membuktikan adanya kebenaran fakta kasus homoseksual yang terjadi di kalangan waria. Waria waria ini memiliki pasangan seorang laki-laki, menghabiskan waktu dan berhubungan seks dengan laki-laki bahkan mereka sudah ada yang trangender dan transeksual. Kenekatan mereka tentu diiringidengan  adanya sebuah bingkai HAM (Hak Asasi Manusia). Dimana mereka merasa berhak untuk mendapatkan kebebasan dalam hidup. Apalagi Sejak JANUARI 2009, Menlu Clinton telah mengarahkan Deplu AS untuk mendukung diciptkannya sebuah agenda HAM yang komprehensif – sebuah agenda perlindungan terhadap LGBT.  Sesuai dengan visi Menlu AS, Kedubes AS di Jakarta telah berusaha untuk mengintregrasikan hak-hak kaum LGBT kedalam usaha untuk mendukung HAM di Indonesia. Belum lagi Negara Barat yang mengemban misi membela LGBT dan  mendukung perlindungan Hak Kaum Lesbian, Gay, Transeksual dan Biseksual

Islam Menyelamatkan Umat, secara preventif, Islam mewajibkan Negara untuk terus membina keimanan dan memupuk ketakwaan rakyat. Hal itu akan menjadi kendali diri dan benteng menghalang-halangi muslim terjerumus pada perilaku LBGT. Islam dengan tegas menyatakan bahwa perilaku LBGT merupakan dosa dan kejahatan yang besar di sisi Allah SWT. Kejahatan homoseksual oleh kaum Sodom dari kaum Nabi Luth, dan Allah kemudian membinasakan mereka hingga tak tersisa.
Islam memerintahkan untuk menguatkan identitas diri laki-laki dan perempuan. Allah menciptakan manusai dengan dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan sebagai pasangan. Secara fisik maupun psikis, laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan yang mendasar sesuai fungsi yang kelak diperankannya. Mengingat perbedaan tersebut, Islam telah memberikan tuntunan agar masing-msing fitrah yang telah ada tetap dijaga. Islam menghendaki agar laki-laki memiliki kepribadian yang maskulin, sementara perempuan memiliki kepribadia feminine.Islam tidak menghendaki parempuan menyerupai laki laki maupun laki-laki menyerupai perempuan.

Rasul melaknat laki-laki yang berlagak wanita dan wanita yang berlagak meniru laki-laki. (HR.Bukhori)

Disamping itu perhatian yang khusus pada pola asuh dan stimulus yang diberikan kepada anak harus menjamin hal itu. Anak-anak pun harus dipisahkan tempat tidur mereka. Perintah ini sesuai dengan sabda Rasul. Rasul bersabda:
Artinya : Suruhlah anak-anakmu shalat usia 7 tahun, dan pukullah mereka pada usia 10 tahun dan pisahkanlah mereka di tempat tidur. (HR.Abu Dawud)
Dalam bergaul antara jenis dan sesama jenis, diantaranya Rasul bersabda:
Artinya: Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki. Janganlah pula perempuan melihat aurat perempuan. Janganlah laki-laki tidur satu selimut dengan laki laki dalam satu selimut. Jangan pula perempuan tidur dengan perempuan dalam satu selimut. (HR.Muslim)
Dengan pola asuh demikian, kita berupaya menguatkan identitas anak-anak kita kelak. Di sisi lain penguatan gender dibentuk seiring dengan perkembangan anak. Tanamkan pula akhlak yang baik serta mengajari anak memulai untuk menutup auratnya sedini mungkin.
Semoga kelak kita dapat mendidik anak kita dengan pola asuh yang baik dan benar, menjadi putra putri yang shalih dan shalihah. Aamiin 

Saturday, August 16, 2014

Catatan Bunda



Catatan Bunda
Oleh : Ukhty Dewi Purwati

Malam ini seperti biasa saya makan di sebuah warung langganan saya, warung makan "JFC"  . Kebetulan lokasinya tidak jauh dari Gedung Putih (alias lima langkah dari boardinghouse/kostku tepatnya berada di Sapen). Setelah memilih beberapa lauk seperti biasa karena sudah akrab, saya ngobrol-ngobrol dengan ibu yang punya warung sambil menikmati rica-rica. Ibu pemilik warungnya belum terlalu tua kira kira seumuran dewasa madya. Saat sedang asyik bebincang saya melihat seorang anak yang berteriak. Anak itu menangis sambil berteriak dan menarik-narik rok bundanya. Anak itu berteriak” Ibu peliiiiiiiiiiiiiiiiiit……! Saya sekejap mengamati kejadian ibu dan anak tersebut. Timbul dalam fikiran saya anak itu mungkin sedang ngambek minta sesuatu.
Bayangkan wahai Bunda juga calon Bunda jika ilustrasi cerita yang saya lihat itu ada didunia para bunda semuaJ
Bagaimana perasaan bunda jika mengalami situasi seperti itu? Barangkali munculkah rasa malu dan mungkin saja malah ingin segera pergi dari tempat itu. Suara tangis dan teriakan yang berisik serta rasa malu itulah yang biasanya mendorong orang tua untuk menuruti permintaan anak. Maksudnya agar segera diam dan masalah selesai. Lalu apakah memang masalahnya akan cepat selesai? Untuk saat itu mungkin iya. Namun, di lain waktu anak akan mengulangi perilaku yang sama dengan stimulus yang sama. Bunda, ingatkah tentang sifat bawah sadar?
Pikiran bawah sadar akan merekam hal-hal yang menyenangkan pemiliknya. Ketika perilaku merengek dan berteriak dilakukan sang anak sebagai usaha untuk mendapatkan yang diinginkan tercapai, dilain waktu anak akan melakukan hal yang sama untuk mewujud keinginannya. Nah .. Apa Bunda atau Ayah mau jika itu terjadi? Pastinya tidak, bukan? Lalu bagaimana solusinya?
Saya sedikit belajar dan menganalisis pengalaman belajar saya tentang proses psikologi pendidikan anak salah satu tip keberhasilan mengasuh adalah konsisten. Ada dua hal yang saya dapatkan untuk soslusi dari perilaku ini, yaitu pencegahan (preventif) dan penanganan (kuratif). Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dalam bentuk kesepakatan. Maksudnya apa, kok ada kesepakatan segala? Yup! Bukan masalah tempatnya atau dimana serta apa yang mau dibeli, juga bukan masalah harga barang yang dibeli, melainkan tentang kemampuan anak konsisten terhadap komitmen.
Jadi, saat akan pergi kemanapun. Sebisa mungkin dilakukan kesepakatan dengan anak terhadap apa yang mau dilakukan disana, terutama ketika akan membeli apa saja.
Berikut ini contoh diskusi untuk kesepakatan
Umi      : “Dewi sayang, Umi mau ke warung, Dewi mau ikut?”
Dewi    : “Mauuuuu, Umi”
Umi      : “Oke, nanti Umi mau beli sabun, odol, dan sikat gigi. Dewi mau beli sesuatu juga?”
Dewi    : “Iya umi….. aku mau beli permen coklat dan es krim”
Umi      : “Oh begitu…Bagiamana kalau permen saja?nDewi bias belie s krim di lain waktu. Bagaimanamenurut Dewi?”
Dewi    : “Iya mau permen coklat saja”
Umi      : “Berapa buah?”
Dewi    : “Tiga ya…..um….
Umi      : “Bagaimana kalau satu saja….?”
Dewi    : “Inginya tiga umi…(sambil merajuk dan memeluk umi)
Umi      : “Bagaimana kalau dua saja…?”
Dewi    : “Hmmmmm…iya deh”
Umi      : “Baiklah..sepakat ya sayang?” (sambil mengulurkan tangan)
Dewi    : “Oke umiiii…” (sambil bersalaman)
Umi kemudian memeluk dan mencium kening Dewi.
Nah untuk Bunda juga calon Bunda semua, usahakan berangkat ke warung dengan kondisi sudah ada kesepkatan. Ketika sampai di warung nanti kemungkinan ada kejadian Dewi meminta lebih dari kesepakatan. Jadi (Umi dapat mengingatkan Dewi tentang kesepakatan tersebut). Seandainya Dewi menangis atau berteriak memaksa untuk dipenuhi keinginannya, Umi dapat berkata “Maaf Dewi, Dewi sudah sepakat tadi dirumah, bukan?”
Sampaikan dengan nada yang sedang dan bijak serta ekspresi yang hangat, tidak perlu dengan nada tinggi, dengan kerutan di kening, atau mata melotot, apalagi sampai ikut berteriak-teriak.
Lalu bagaimana luw Dewi masih melakukan aksi protes ?
Bunda tidak perlu panik menghadainya. Hadapilah tetap dengan nada suara yang sedang dan ekspresi hangat, posisi tubuh agak merendah, lalu tenangkan Dewi. Jika masih seperti itu, temani saja di sampingnya, sambil sesekali ucapkan bahwa Bunda akan menunggu sampai Dewi tenang.
JIka orangtua konsisten dengan penanganan ini, emosi anak akan mereda dengan sendirinya seiring dengan lelah fisiknya.
Jika sudah tenang, berikan pelukan dan ciuman, lalu menggandengnya tangannya untyk diajak pulang bersama. Sepanjang perjalanan pulnag tidak perlu menasehati atau berkomentar atas perilakunya tadi. Ajak bicara dengan hal-hal yang menyenangkan misalnya, membicarakan hal-hal menyenangkan  yang ditemui di jalan. Lakukan secara konsisten penanganan seperti iti maka perilaku “ngambek” di warung seperti tadi Insya Allah di masa mendatang tidak akan terulang lagi.

Pesan untuk diri sendiri : Ingat dirimu adalah calon Ibu untuk anak-anakmu kelak, keberhasilan mengasuh adalah konsisten. Semoga keberadaanmu senantiasa bermanfaat bagi orang lain. Aamiin ya Rab.. ^_^

Smart Parents Smart Children



Smart Parents Smart Children
Oleh : Dewi Purwati


Sedikit berbagi oleh-oleh dari Jakarta ikut event parenting sore ini "Smart Parents Smart Children". Materi yang sangat bagus untuk para orang tua plus calon orang tua ^_^ .
Tidak terasa, sebenarnya waktu kita untuk mendidik anak kelak itu sangatlah singkat. 


Saat anak sekolah ditempat jauh, saat anak waktunya kuliah di kota lain, saat ia menikah... Sangat singkat Bunda! Gunakanlah waktu sebaik-sebaiknya untuk menanamkan hal baik ke anak, karena tidak terasa, itu akan segera berlalu. 

Waktu berharga pengasuhan anak: 7 tahun pertama (0-7 tahun): Perlakukan anakmu sebagai raja. Zona merah - zona larangan jangan marah-marah, jangan banyak larangan, jangan rusak jaringan otak anak. Pahamilah bahwa posisi anak yang masih kecil, saat itu yang berkembang otak kanannya. 

7 tahun kedua (7-14 tahun): Perlakukan anakmu sebagai atau tawanan perang. Zona kuning - zona hati-hati dan waspada. Latih anak-anak mandiri untuk mengurus dirinya sendiri, mencuci piring, pakaian, setrika, dll. Banyak pelajaran berharga dalam kemandirian yang bermanfaat bagi masa depannya. 

7 tahun ketiga (14-21 tahun): Perlakukan anak seperti sahabat. Zona hijau - sudah boleh jalan. Anak sudah bisa dilepas untuk mandiri. Mereka sudah bisa dilepas sebagai duta keluarga. 

7 tahun keempat (21-28 tahun): Perlakukan sebagai pemimpin. Zona biru - siap terbang. Siapkan anak untuk menikah. 

Pada masa anak-anak yang berkembang otak kanannya. Otak kiri berkembang saat usianya menjelang 7 tahun. Anak perempuan keseimbangan otak kanan dan kirinya lebih cepat. Sedangkan anak laki lebih lambat. Keseimbangan otak kanan dan kiri pada anak laki-laki baru tercapai sempurna di usia 18 tahun, sedangkan anak perempuan sudah cukup seimbang otak kanan dan kirinya di usia 7 tahun. 

Ampun dah lama bener ya? No wonder our hubby suka rada ajib. He...he.... Ternyata ada rahasia Allah mengapa diatur seperti itu. Laki-laki dipersiapkan untuk jadi pemimpin yang tegas dalam mengambil keputusan. Untuk itu, jiwa kreatifitas dan explorasinya harus berkembang pesat. Sehingga pengalaman itu membuatnya dapat mengambil keputusan dengan tenang dan tepat. Sementara perempuan dipersiapkan untuk jadi pengatur dan manajer yang harus penuh keteraturan dan ketelitian. Untuk memberi intruksi pada anak, gunakan suara Ayah. Karena suaranya bas, empuk dan enak di dengar. 

Kalau suara Ibu memerintah, cenderung melengking seperti biola salah gesek. Itu bisa merusak sel syaraf otak anak. 250rb sel otak anak rusak ketika dimarahin. Solusinya, Ibu bisa menggunakan bahasa tubuh atau isyarat jika ingin memberikan instruksi. Suara perempuan itu enak didengar jika digunakan dengan nada sedang. Cocok untuk mendongeng atau bercerita. 

Cara berkomunikasi yang efektif dengan anak: 
1. Merangkul pundak anak sambil ditepuk lembut 
2. Sambil mengelus tulang punggung anak hingga ke tulang ekor.
3. Sambil mengusap kepala. Dengan sentuhan ada gelombang yang akan sampai ke otak anak sehingga sel-sel cintanya tumbuh subur. Wallahu a’lam

Demikian sedikit oleh-olehnya. Mudah-mudahan bisa bermanfaat....