Saturday, November 22, 2014

Pesan Bahagia Di Senja Yogyakarta




Pesan Bahagia Di Senja Yogyakarta
Oleh : Dewi Purwati

Sore  ini saya mencoba bangun dari rasa sakitku serta melawan rasa mals badaniyyahku sejak minggu lalu. Tiba tiba saja saya merasa semangat terbangun setelah mendapat pesan bahagia di senja Yogyakarta. Terlepas dari hiruk pikuk demo yang mewarnai kabar kota pendidikan hari ini. Pesan Bahagia itu adalah sebuah pengumunan langsung oleh Bapak Muhsin Kalida selaku Ketua Jurusan saya. Beliau berpesan bahwa kuliah esok tepatnya Hari Kamis tanggal 20 November 2014 perkuliahan akan dialihkan ke Padepokan Cakruk Pintar Nologaten, persisnya rumah kediaman tercinta beliau bersama ibu terkasih.
Bukan hanya semata-mata atas pengumunan itu yang membuatku bersemangat, Namun ada hal lain yang membuatku tergugah lalu segera mengumpulkan optimisku untuk melawan diri dan segera bangun dari tempat tidurku. Sakit itu jangan dimanja. Motivasi tersebut tak lain dan tak bukan ialah bahwasanya saat kuliah Entrepreuner BKI kami esok hari, akan kedatangan Writerprenuership yang hebat. Siapakah beliau ? Beliau adalah Gol A Gong.
Siapa kah Gol A Gong itu? Tentu sahabat tahu siapa beliau. Pastinya sahabat-sahabatku pernah membaca riwayat ataupun biografi beliau beserta karya-karyanya, Yah sahabat tepat sekali….
Heri Hendrayana Harris atau lebih dikenal dengan nama pena Gol A Gong (lahir di Purwakarta, Jawa Barat, 15 Agustus 1963; umur 51 tahun) adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Ia adalah pendiri Rumah Dunia di Serang, Banten. Saat ini Gol A Gong menjabat sebagai Ketua Umum Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Indonesia. Tulisan-tulisannya telah dimuat di berbagai media massa dan terbit berupa buku.
Gol A Gong adalah nama pena dari Heri Hendrayana Harris. Ia lahir dari seorang ayah bernama Harris dan Ibu bernama Atisah. Pada 1965 ia bersama dengan orangtuanya meninggalkan kampung halamannya Purwakarta menuju ke Serang, Banten. Bapaknya adalah guru olahraga sedangkan ibunya seorang guru di sekolah keterampilan putri, Serang. Mereka tinggal di sebuah rumah di dekat alun-alun Serang. Sekarang, nama samarannya dikembalikan ke penulisan pertama yaitu Gol A Gong. Nama Gol itu diberikan oleh ayahnya sebagai ungkapan syukur atas karyanya yang diterima penerbit. Serta Gong merupakan harapan dari ibunya agar tulisannya dapat menggema seperti bunyi alat musik gong. Sedangkan A diartikan sebagai "semua berasal dari Tuhan". Maka, nama Gol A Gong dimaknai sebagai "kesuksesan itu semua berasal dari Tuhan".
Pada umur 11 tahun Gol A Gong (dulu ditulis Gola Gong) kehilangan tangan kirinya. Itu terjadi saat dia dan teman-temannya bermain di dekat alun-alun Kota Serang. Saat itu sedang ada tentara latihan terjun payung. Kepada kawan-kawannya dia menantang untuk adu keberanian seperti seorang penerjun payung. Uji nyali itu dilakukan dengan cara loncat dari pohon di pinggir alun-alun. Siapa yang berani meloncat paling tinggi, dialah yang berhak menjadi pemimpin di antara mereka. Kecelakaan yang menyebabkan tangan kirinya harus diamputasi itu tidak membuatnya sedih. Bapaknya menegaskan kepadanya: "Kamu harus banyak membaca dan kamu akan menjadi seseorang dan lupa bahwa diri kamu itu cacat".
Pada umur 33 tahun, dia menikahi Tias Tatanka, gadis asal Solo. Dari pernikahan ini mereka memiliki anak; Nabila Nurkhalisah (Bela), Gabriel Firmansyah (Abi), Jordi Alghifari (Odi), dan Natasha Azka Nursyamsa (Kaka). Bela yang saat ini kelas 2 di SMP Peradaban Serang (2012) meneruskan kiprah Ayahnya. Novelnya yang tergabung dalam KKPK (kecil-kecil punya karya) Dar!Mizan laris manis di pasaran. Sementara Abi, di Kelas 1 SMP Al Mahah Al Ain, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, sangat menyukai gambar sehingga kerap menjadi desain grafis sampul buku anak-anak di Rumah Dunia, sanggar yang didirikan Gol A Gong.
TENTANG RUMAH DUNIA
Impiannya sejak remaja untuk memiliki gelanggang remaja terwujud dengan didirikannya komunitas kesenian Rumah Dunia pada tahun 1998. Sejak tahun 2000, Komunitas ini berada di atas tanah 1000 m2 di belakang rumahnya di Komplek Hegar Alam, Ciloang Serang, Banten. Komunitas semacam ini adalah impiannya beserta temannya Toto ST Radik, dan (alm) Rys Revolta. Pada tahun 2008, Gol A Gong mengajak orang-orang di seluruh dunia yang peduli literasi untuk membebaskan lahan seluas 3000 m2. Kini pada 2012, lahan itu berhasil dibebaskan dan di atasnya Gelanggang Remaja Rumah Dunia megah berdiri
Meskipun dalam keadaan dan kondisi kekurangan namun beliau tetap mampu berkarya. Betapa lemahnya aku yang baru diberi sedikit kesulitan masih mudah berputus asa. Semoga besok Allah senantiasa mengiizinkan aku untuk menimba ilmu pada beliau

Wednesday, October 22, 2014

Menggoreskan Tulisan dengan Sebuah Pena



Indahnya Menggoreskan Tulisan dengan Sebuah Pena
Oleh : Dewi Purwati
 
Berangkat dari pengalaman pribadi, mengungkapkan perasaan yang kita rasakan terkadang memang sulit.  Kita harus berbagi, menceritakan, mengungkapkan isi hati kepada salah satu teman. Tentunya ia adalah orang yang kita percaya untuk mendengarkan keluh kesah yang kita rasakan. Ada benarnya, saat kita mengukapkan perasaan yang kita alami melalui aktivitas tersebut, beban atau rasa yang kita alami akan lebih terasa “plooong” istilah bahasanya . Namun, lama kelamaan aktivitas seperti ini akan membiasakan kita untuk mengeluh atau mudah bercerita tentang apa yang dirasakan kepada orang lain. Disamping membuat kita mudah mengeluh dan kemudian bercerita kepada orang lain belum tentu waktu yang dimiliki sahabat kita selalu ada on time 24 jam untuk siap sedia mendengarkan keluh kesah kita. Tentu tidak bukan? Lalu bagaimana, haruskah yang demikian dibudayakan dalam diri ?
Sesungguhnya melakukan hal yang demikian tidak ada salahnya. Sekali atau beberapa kali sangatlah wajar karena manusia memang tidak dapat menyembunyikan perasaannya sebelum tuntas duceritakan agar beban yang terasa meghilang. Namun jika kita ingin menghendaki lain, kita mampu mensiasatinya dengan cara yang lebih jitu. Yaitu dengan “menggoreskan rasa dengan pena”
Mengungkapkan persaaan tidak harus melulu dengan komunikasi atau harus menunggu teman untuk mencurahkan isi hati.  Alternatif menulis misalnya dapat menjadi tips aktivitas yang sukses dalam mengungkapakan perasaaan. Tulisan tulisan yang tertuang dalam setiap kata adalah sebuah hasil dari apa yang kita rasa pula alami yang tentunya akan menghasilkan kepuasaan makna tersendiri. Di samping itu dengan menuliskan , kita lebih leluasa mengeksplor perasaan kita,  kita juga  akan memiliki kenangan dengan peristiwa peristiwa yang tengah kita alami. Tentu kita akan memiliki segudang cerita untuk cucu cucu kita tentang masa lampau yang telah dilewati baik susah senang, duka bahagia, gagal sukses, dll. Hal ini juga dapat mengevaluasi diri kita saat kita membaca ulang tulisan kita. Apalagi menulis sesuatu yang berkaitan dengan persaaan atau pengalaman pribadi tentunya akan lebih mudah dan luwes dalam menuangkannya. Bukankah demikian?
Lalu bagaiman ukhty? Saya mulai dari mana nulisnya? Saya bingung…..
Kata-kata ini yang sering muncul dalam diri kita. Seakan akan menjadi momok untuk menghentikan niat kita menulis. lalu bagaimana? Apakah kita harus mengikuti persaan itu? Lalu kapan kita memulai sebuah perubahan diri kita?
Bingung merupakan  hal yang wajar. Saya juga pernah mengalaminya bahkan sering.
Mulailah menulis dengan hati, tulislah apa saja yang sesuai dengan suasana persaan hati saat ini. Saat kita mengikuti suasana hati itu, kemudian ungkapkanlah goreskanlah apa  yang tengah dirasakan ke dalam sebuah tulisan tulisan sederhana.  Goresan pena berupa kata-kata itu tidaklah harus panjang cukup sesuaikan dengan gambaran suasana hati saat itu. Nah, hal itu akan menjadi sebuah kebiasaan yang indah. Saat peristiwa kecil yang kita rasakan kita goreskan menjadi sebuah tulisan secara tidak langsung kita belajar menulis.
Bingung  memang persaan yang timbul akibat kurang adanya keyakninan perasaan kita tentang sesuatu yang kita pikirkan. Banyak orang yang sulit untuk menuangkan pikirannya melalui kata-kata . Inilah kebingungan itu bukan?…Benar,  mengungkapkan kata-kata bukanlah sesuatu yang mudah bagi orang yang belum terbiasa, diperlukan konsisten yang terus menerus.  Namun akan menjadi sebuah kesenangan dan kebiasaan bagi orang yang telah terbiasa dan konsisten melakukannya. Semua berproses, proses memadukan kata-kata diperlukan pengalaman jiwa dan latihan. Latihan merangkai kata demi kata sehingga menjadi kalimat. Latihan ini sebuah upaya untuk membiasakan diri untuk menulis.  Selain latihan dibutuhkan pula kesabaran dan ketekunan. Dan yang paling penting adalah istiqamah atau konsisten. Dengan demikian kita tidak akan merasa bingung untuk memulai sebuah tulisan. Seperti  tulisan tulisan sederhana yang kita alami. Awali menulis akitivitas kegiatan sehari hari dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali.  Peristiwa apa saja yang telah kita lewati dalam sehari. Pengalaman berharga apakah yang dapat kita ambil kemudian kita tulis untuk menjadi sebuah pelajaran berharga atau ibrah bagi kehidupan kita.  Semua itu lazim ditulis dengan pena sebagai tanda sejarah kehidupan kita, tentu banyak hal yang menarik bukan dalam tiap detik hidup kita? Sayang sekali jika tiap peristiwa berharga itu terlewat tanpa sempat tergores pena dan diabadikan…

Bungkus dan Isinya



Bungkus dan Isinya
Oleh : Dewi Purwati


Penilainan menurut kamus besar bahasa merupakan suatu proses  penelaahan  terhadap suatu objek atu sesuatu secara lengkap. Penilaian biasanya diawal dari dengan melihat pada suatu objek tersebut. Sebelum benar benar menelaah sesuatu yang dituju, tentu tampilan yang terlihat terlebih dahulu. Tampilan sering kali mengecoh kita saat menilai sesuatu. Tampilan yang menarik akan memikat juga memukau kesan yang pertama. Lain halnya dengan tampilan yang buruk memiliki nilai yang sebaliknya. Namun pernakah anda menelaah sesuatu yang buruk namun nilainya baik atau sebaliknya?. Kembali ke makna sebuah penilaian tersebut ialah suatu proses menelaah, artinya bukan hanya melalui visual dengan melihat sesuatu tersebut namun juga secara keseluruhan nilai itu dicari dari segi kuantitas dan kualitasnya. Menilai sesuatu hendaknya benar-benar menelaah secara terperinci. Bagaimana cara anda menilai sesuatu?   Pernahkan anda menilai atau dinilai seseorang?
Bicara tentang penilaian saya punya pengalaman pribadi yang mungkin pengalaman ini sudah saya rasakan sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tepatnya kejadian itu terjadi sekitar 9 tahun yang lalu, aku duduk di bangku kelas VII  sebagai siswa baru. Saat penerimaan siswa baru tentu antara siswa satu dengan siswa yang lain ingin saling mengenal. Perkenalan tentu diawali oleh kesan pertama. Entah mengapa kesan pertama itu menjadi adat kebiasaan untuk melebelkan seseorang sebelum benar benar mengenal pribadinya. Kesan pertama inilah masalahku bemula dan terus berlangsung hingga saat ini, yaitu “wajahku”.  Tidak tepat jika ini dikatakan sebuah masalah karena ini berkenaan dengan fitrah Allah yang diberikan kepada saya . Ada apa dengan wajahku ??? hee apa ada yang salah? Menurutku tidak ada yang salah dengan wajahku. Semua  tercipta karena anugrah Allah. Saya bersyukur dengan segala nikmat-Nya dan nikmat yang mana lagi yang tidak kusyukuri serta bagaimana mungkin aku mengingkarinya  .  Namun apa yang menjadi pikiran dan argument ini terkadang tak sejalan dengan sebagian orang yang belum mengenalku dengan baik. Wajar … setiap orang memiliki hak untuk menilai. Awal dari kesan pertama inilah kemudian muncul statement “judes”, kata salah satu teman bangku SMPku. Nah…….”masalahnya sekarang pada kesan pertama, kenapa acap kali saya dibilang judes?”apa yang salah dengan wajah saya?.
 Ada pepatah tak kenal maka tak sayang.
Saya menganggap ini merupakan sebuah anugrah dari Allah mustahil dirubah yang patut saya nikmati dan saya syukuri. Menaggapi itu semua spontan saja dengan senyuman berkata “Astagfirullah wal-Hamdulillah” Dia menyela: Maksudnya piye? (karena teman saya berasal dari jawa saya tulis percakapannya sesuai yang ia katakan menurut bahasanya)
Saya jawab :  Astagfirullah banyak yang memperhatikan saya ya Allah termasuk kamu hee wal hamdulillah artinya kamu tertarik mengenal kepribadiaan saya  Gubrraaaak …  gak nyambung memang heee,,. Mengapa saya katakan demikian..karena itulah rahasia teman-teman saya ingin mengenal saya . Saya selalu membiarkan penialaian ini sampai mereka  mengenal betul pribadi saya seperti apa. Heee anggap saja itu hanya masalah bingkisan belum tentu isinya.

Tuesday, October 21, 2014

SEKILAS TENTANG EXZELLENZ

SEKILAS TENTANG EXZELLENZ
info : donny@exzellenz-institut.com


      Exzellenz Institut adalah sebuah lembaga Capability Building yang salah satu bidang kerjanya adalah Persiapan dan Pendampingan untuk Studi S1, S2 maupun Short Course di Jerman dan Prancis yang dikembangkan para alumni Jerman yang telah belasan tahun tinggal di Jerman.

        KULIAH DI JERMAN : Perlu di ketahui bahwa, kuliah di Jerman TIDAK ada Tuition Fees (uang pangkal, biaya persemester / uang bulanan /uang SPP dll). Yang ada hanya biaya daftar ulang per semester saja, sekitar 50 s/d 200 Euro per semester seluruh jurusan. Yang harus ditanggung siswa hanya living costnya saja sekitar 450 s/d 500 Euro perbulan.

        PREPARATION : Aspek persiapan Studi di Jerman di Exzellenz Institut terintegrasi dan menyeluruh, meliputi Aspek Bahasa, Akademis non Bahasa (Matematika dalam Bahasa Indonesia dan Jerman), Mental (Mental Training Reguler, Konseling Psikologi dan Outbound), Administratif (untuk Pengurusan Studi dan juga Ijin Tinggal), Persiapan Kultur dan Nilai Sosial (Workshop Reguler) dan lainnya (terlampir) selama kurang lebih 6 bulan.

        PENDAMPINGAN :Pendampingan di Jerman oleh tim Exzellenz yang berada di Jerman, baik dalam fase awal maupun selama Studi berjalan melalui Excellent Society yang kami miliki (aktifitas penunjang kuliah, monitoring, konseling). Poin inilah yang membedakan Exzellenz dengan lembaga lain, Exzellenz tidak hanya mempersiapkan siswa secara akademis saja, tetapi membimbing hingga mereka lulus dan kembali ke tanah air dan tergabung dalam jaringan kerja Exzellenz. Untuk syarat nilai sendiri, minimal nilai UN adalah 6 (enam) untuk setiap mata pelajaran, sedangkan untuk kedokteran minimal 7 (tujuh).

Berikut saya kirimkan info tentang persiapan studi ke Jerman bersama
Exzellenz Institut. Terlampir adalah:

- Mengapa memilih Exzellenz Institut
- Konsep RISE
- Detail layanan Program S1 Jerman
- Rincian total biaya S1 Jerman
- Term of payment Biaya Layanan S1 Jerman
- Cara pendaftaran
- Formulir Pendaftaran


Untuk proses pendaftaran, dapat mengisi Formulir pendaftaran dan
kemudian di Fax ke Exzellenz Institut. Registrasi pendaftaran sebesar
7,5jt (Free Voucher Bahasa 4x pertemuan).
Demikian yang bisa saya sampaikan. Terima Kasih.

Hormat,

Donny Putra, SE
Exzellenz Institut
Gedung The Habibie Center Lt. 1
Jl. Kemang Selatan No. 98 Jakarta Selatan
Phone/fax : 021-78840662
Mobile : 08577300066
www.exzellenz-institut.com
FB: Exzellenz Institut