Wednesday, October 22, 2014

Menggoreskan Tulisan dengan Sebuah Pena



Indahnya Menggoreskan Tulisan dengan Sebuah Pena
Oleh : Dewi Purwati
 
Berangkat dari pengalaman pribadi, mengungkapkan perasaan yang kita rasakan terkadang memang sulit.  Kita harus berbagi, menceritakan, mengungkapkan isi hati kepada salah satu teman. Tentunya ia adalah orang yang kita percaya untuk mendengarkan keluh kesah yang kita rasakan. Ada benarnya, saat kita mengukapkan perasaan yang kita alami melalui aktivitas tersebut, beban atau rasa yang kita alami akan lebih terasa “plooong” istilah bahasanya . Namun, lama kelamaan aktivitas seperti ini akan membiasakan kita untuk mengeluh atau mudah bercerita tentang apa yang dirasakan kepada orang lain. Disamping membuat kita mudah mengeluh dan kemudian bercerita kepada orang lain belum tentu waktu yang dimiliki sahabat kita selalu ada on time 24 jam untuk siap sedia mendengarkan keluh kesah kita. Tentu tidak bukan? Lalu bagaimana, haruskah yang demikian dibudayakan dalam diri ?
Sesungguhnya melakukan hal yang demikian tidak ada salahnya. Sekali atau beberapa kali sangatlah wajar karena manusia memang tidak dapat menyembunyikan perasaannya sebelum tuntas duceritakan agar beban yang terasa meghilang. Namun jika kita ingin menghendaki lain, kita mampu mensiasatinya dengan cara yang lebih jitu. Yaitu dengan “menggoreskan rasa dengan pena”
Mengungkapkan persaaan tidak harus melulu dengan komunikasi atau harus menunggu teman untuk mencurahkan isi hati.  Alternatif menulis misalnya dapat menjadi tips aktivitas yang sukses dalam mengungkapakan perasaaan. Tulisan tulisan yang tertuang dalam setiap kata adalah sebuah hasil dari apa yang kita rasa pula alami yang tentunya akan menghasilkan kepuasaan makna tersendiri. Di samping itu dengan menuliskan , kita lebih leluasa mengeksplor perasaan kita,  kita juga  akan memiliki kenangan dengan peristiwa peristiwa yang tengah kita alami. Tentu kita akan memiliki segudang cerita untuk cucu cucu kita tentang masa lampau yang telah dilewati baik susah senang, duka bahagia, gagal sukses, dll. Hal ini juga dapat mengevaluasi diri kita saat kita membaca ulang tulisan kita. Apalagi menulis sesuatu yang berkaitan dengan persaaan atau pengalaman pribadi tentunya akan lebih mudah dan luwes dalam menuangkannya. Bukankah demikian?
Lalu bagaiman ukhty? Saya mulai dari mana nulisnya? Saya bingung…..
Kata-kata ini yang sering muncul dalam diri kita. Seakan akan menjadi momok untuk menghentikan niat kita menulis. lalu bagaimana? Apakah kita harus mengikuti persaan itu? Lalu kapan kita memulai sebuah perubahan diri kita?
Bingung merupakan  hal yang wajar. Saya juga pernah mengalaminya bahkan sering.
Mulailah menulis dengan hati, tulislah apa saja yang sesuai dengan suasana persaan hati saat ini. Saat kita mengikuti suasana hati itu, kemudian ungkapkanlah goreskanlah apa  yang tengah dirasakan ke dalam sebuah tulisan tulisan sederhana.  Goresan pena berupa kata-kata itu tidaklah harus panjang cukup sesuaikan dengan gambaran suasana hati saat itu. Nah, hal itu akan menjadi sebuah kebiasaan yang indah. Saat peristiwa kecil yang kita rasakan kita goreskan menjadi sebuah tulisan secara tidak langsung kita belajar menulis.
Bingung  memang persaan yang timbul akibat kurang adanya keyakninan perasaan kita tentang sesuatu yang kita pikirkan. Banyak orang yang sulit untuk menuangkan pikirannya melalui kata-kata . Inilah kebingungan itu bukan?…Benar,  mengungkapkan kata-kata bukanlah sesuatu yang mudah bagi orang yang belum terbiasa, diperlukan konsisten yang terus menerus.  Namun akan menjadi sebuah kesenangan dan kebiasaan bagi orang yang telah terbiasa dan konsisten melakukannya. Semua berproses, proses memadukan kata-kata diperlukan pengalaman jiwa dan latihan. Latihan merangkai kata demi kata sehingga menjadi kalimat. Latihan ini sebuah upaya untuk membiasakan diri untuk menulis.  Selain latihan dibutuhkan pula kesabaran dan ketekunan. Dan yang paling penting adalah istiqamah atau konsisten. Dengan demikian kita tidak akan merasa bingung untuk memulai sebuah tulisan. Seperti  tulisan tulisan sederhana yang kita alami. Awali menulis akitivitas kegiatan sehari hari dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali.  Peristiwa apa saja yang telah kita lewati dalam sehari. Pengalaman berharga apakah yang dapat kita ambil kemudian kita tulis untuk menjadi sebuah pelajaran berharga atau ibrah bagi kehidupan kita.  Semua itu lazim ditulis dengan pena sebagai tanda sejarah kehidupan kita, tentu banyak hal yang menarik bukan dalam tiap detik hidup kita? Sayang sekali jika tiap peristiwa berharga itu terlewat tanpa sempat tergores pena dan diabadikan…

No comments:

Post a Comment