Berfikir Dewasa
Berfikir dewasa itu memang diperlukan dalam
kehidupan sosial kita. Berfikir dewasa merupakan fase perkembangan psikologis
yang harus dilalui manusia dalam menuju kematangan usia. Namun hal itu bukan
berarti kedewasaan hanya dapat diraih pada usia dewasa. Sebab kedewasaan
tidaklah mengenal usia, derajat, tahta, pfofesi dll.
Mengapa? Menurut hemat saya dewasa itu bukanlah
hanya sekedar tahap proses lagi, sudah pada tahap mampu menerima dirinya
sendiri juga bahkan orang lain, menerima sifat-sifat negatif dan positif
dirinya sendiri sekaligus cakap menempatkan posisi dirinya dan merespon dengan baik
& benar setiap situasi hidup yang dihadapi, berfikir secara obyektif (bukan
lagi subyektif), bukan bertindak atas dasar keinginan saya pribadi tetapi berdasarkan
kepentingan umum yang tidak merugikan orang lain sehingga tujuan akhirnya tidak
lain dan tidak bukan hanya kebahagiaan (hapinness), kemaslahatan dan keharmonisan
tentunya.
Seperti yang saya definisikan diatas, berfikir
dewasa tidaklah mengenal usia. Siapapun yang telah mampu mengintegrasikan cara
berfikir, cara merespon, cara berbicara, cara bertingkah laku, cara memandang
sesuatu obyektif, dan terutama cara menempatkan diri maka seseorang tersebut
telah dikatakan berfikir dewasa.
Dari Hurlock “Psikologi Perkembangan” saya
menyimpulkan bahwa perkembangan usia dewasa akan mempengaruhi cara berfikir
seseorang. Sebagian manusia dewasa yang melampaui tahap perkembangan
psikologinya dengan baik maka ia akan berhasil menjadi orang dewasa seutuhnya. Begitu
pula sebaliknya, apabila sebagian orang dewasa gagal melampaui tahap
perkembangan psikiloginya maka terdapat ketidaksesuaian. Sehingga tak jarang
kita mendapati orang dewasa yang masih belum befikir dewasa, padahal usianya
telah memasukki masa kematangan (misalnya 35 tahun).
Berfikir dewasa dibutuhkan dalam setiap lini
kehidupan. Terlebih dalam urusan relationship (hubungan) dan frienship
(persahabatan). Dalam ukuran relationship (hubungan) cakupunya amat luas,
seperti hubungan antar warga negara, umat beragama, hubungan kekeluargaan dll.
Terkhusus berfikir dewasa menjadi amat diperlukan dalam melihat perbedaan dan
fenomena-fenomena yang kian hadir memecah belah ummat. Inilah efek posistif
berfikir dewasa yang saya maksudkan, yang kemudian melahirkan sikap toleransi
(merespon yang baik dan menempatkan diri dengan benar).
Begitu halnya dalam dunia persahabatan misalnya, berfikir
dewasa dapat dilihat ketika sedang menghadapi sebuah masalah. Seseorang
dikatakan dewasa akan memilih menyelesaikan masalah serta menjaga sikap dan
tidak mengabaikannya. Semakin dewasa bersikap kesabaran secara tidak langsung
menjadi bagian sisi kepribadian kita. Inilah efek posistif berfikir dewasa yang kemudian melahirkan
kesabaran (bertindak yang bijak dan benar). Saya sadar bahwa sebuah kemakluman serapi
apapun suatu hubungan maupun persahabatan akan ada masa dimana hubungan itu
akan berantakan. Disitulah Tuhan menguji kedewasaan kita.
No comments:
Post a Comment