Saturday, May 14, 2016

Berfikir Dewasa



Berfikir Dewasa 

Berfikir dewasa itu memang diperlukan dalam kehidupan sosial kita. Berfikir dewasa merupakan fase perkembangan psikologis yang harus dilalui manusia dalam menuju kematangan usia. Namun hal itu bukan berarti kedewasaan hanya dapat diraih pada usia dewasa. Sebab kedewasaan tidaklah mengenal usia, derajat, tahta, pfofesi dll. 

Mengapa? Menurut hemat saya dewasa itu bukanlah hanya sekedar tahap proses lagi, sudah pada tahap mampu menerima dirinya sendiri juga bahkan orang lain, menerima sifat-sifat negatif dan positif dirinya sendiri sekaligus cakap menempatkan posisi dirinya dan merespon dengan baik & benar setiap situasi hidup yang dihadapi, berfikir secara obyektif (bukan lagi subyektif), bukan bertindak atas dasar keinginan saya pribadi tetapi berdasarkan kepentingan umum yang tidak merugikan orang lain sehingga tujuan akhirnya tidak lain dan tidak bukan hanya kebahagiaan (hapinness), kemaslahatan dan keharmonisan tentunya.

Seperti yang saya definisikan diatas, berfikir dewasa tidaklah mengenal usia. Siapapun yang telah mampu mengintegrasikan cara berfikir, cara merespon, cara berbicara, cara bertingkah laku, cara memandang sesuatu obyektif, dan terutama cara menempatkan diri maka seseorang tersebut telah dikatakan berfikir dewasa.

Dari Hurlock “Psikologi Perkembangan” saya menyimpulkan bahwa perkembangan usia dewasa akan mempengaruhi cara berfikir seseorang. Sebagian manusia dewasa yang melampaui tahap perkembangan psikologinya dengan baik maka ia akan berhasil menjadi orang dewasa seutuhnya. Begitu pula sebaliknya, apabila sebagian orang dewasa gagal melampaui tahap perkembangan psikiloginya maka terdapat ketidaksesuaian. Sehingga tak jarang kita mendapati orang dewasa yang masih belum befikir dewasa, padahal usianya telah memasukki masa kematangan (misalnya 35 tahun).

Berfikir dewasa dibutuhkan dalam setiap lini kehidupan. Terlebih dalam urusan relationship (hubungan) dan frienship (persahabatan). Dalam ukuran relationship (hubungan) cakupunya amat luas, seperti hubungan antar warga negara, umat beragama, hubungan kekeluargaan dll. Terkhusus berfikir dewasa menjadi amat diperlukan dalam melihat perbedaan dan fenomena-fenomena yang kian hadir memecah belah ummat. Inilah efek posistif berfikir dewasa yang saya maksudkan, yang kemudian melahirkan sikap toleransi (merespon yang baik dan menempatkan diri dengan benar).

Begitu halnya dalam dunia persahabatan misalnya, berfikir dewasa dapat dilihat ketika sedang menghadapi sebuah masalah. Seseorang dikatakan dewasa akan memilih menyelesaikan masalah serta menjaga sikap dan tidak mengabaikannya. Semakin dewasa bersikap kesabaran secara tidak langsung menjadi bagian sisi kepribadian kita. Inilah efek posistif  berfikir dewasa yang kemudian melahirkan kesabaran (bertindak yang bijak dan benar). Saya sadar bahwa sebuah kemakluman serapi apapun suatu hubungan maupun persahabatan akan ada masa dimana hubungan itu akan berantakan. Disitulah Tuhan menguji kedewasaan kita.

No comments:

Post a Comment